
Keterangan Gambar : Situasi banjir di Medan pada Jumat (4/12) sore. (Ahmad Arfah)
Kabarbawah.com - Pekan lalu banjir melanda Kota Medan,
Sumatera Utara (Sumut). Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Firdaus Ali menilai banjir di Kota Medan disebabkan kondisi tata ruang,
tata kelola sumber daya air, dan sistem drainase yang buruk.
"Contohnya saja ketika hujan sudah berhenti, sungai juga masih
bisa menampung debit air, tetapi air yang merendam pemukiman belum juga surut.
Ini menunjukkan bahwa sistem drainasenya jelek," kata Firdaus seperti
dilansir Antara, Senin (7/12/2020).
Staf Khusus Menteri PUPR Bidang
Manajemen Sumber Daya Air itu mengatakan penataan jaringan drainase Kota Medan
merupakan tanggung jawab pemerintah kota. Pemda diminta memprioritaskan untuk
melindungi warga dari ancaman banjir dan genangan.
"Ini tata dan pola pemanfaatan ruang Kota Medan salah
implementasi. Pemerintah kota harus betul-betul serius dan kerja keras
membenahinya, jangan lagi menunggu bencana datang lagi baru kemudian saling
menyalahkan," kata Wakil Presiden Dewan Air Asia ini.
Menurut dia, Pemkot Medan harus proaktif melakukan pendekatan dan
koordinasi dengan pemda sekitarnya seperti Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten
Karo, dan Simalungun. Ketiga daerah tersebut menjadi daerah hulu dari 9 sungai
yang melewati Kota Medan.
Pemkot Medan juga diminta bisa meyakinkan pemerintah pusat untuk
memberikan bantuan teknis karena kemampuan fiskal Pemkot Medan sangat terbatas
untuk bisa mengatasi masalah banjir di
kota ketiga terbesar di Indonesia ini.
Selain tata ruang dan sistem drainase, kata dia, banjir di Kota Medan
akibat belum selesainya pembangunan Bendungan Lau Simeme yang berlokasi di Desa
Kuala Dekah, Kecamatan Sibiru-biru, Kabupaten Deli Serdang.
Menurutnya Bendungan Lau Simeme ini merupakan salah satu alternatif
untuk mengatasi permasalahan tata kelola air, khususnya banjir di Kota Medan.
Bendungan ini didesain memiliki kapasitas tampung 22 juta meter kubik yang jika
selesai bisa mengurangi 60 persen beban air limpasan (banjir) yang selama ini
selalu mengancam Kota Medan.
"Bendungan Lau Simeme ini merupakan solusi yang disiapkan oleh
Pemerintah Pusat. Namun, hingga saat ini realisasi pembangunannya baru sekitar
20 persen disebabkan oleh masalah pembebasan lahan/tanah yang merupakan
kewajiban/tanggung jawab pemerintah daerah. Padahal kalau bendungan ini
selesai, 60 persen beban banjir di Medan bisa kita atasi," kata pakar tata
kelola air perkotaan dari Universitas Indonesia ini.
Banjir merendam rumah yang didiami 1.983 KK atau 5.965 jiwa yang
tersebar di tujuh kecamatan di Kota Medan, Sumatera Utara, sejak Jumat (4/12)
dini hari hingga Minggu (6/12) belum juga surut.
Adapun tujuh kecamatan terendam banjir adalah Kecamatan Medan Maimun,
Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Petisah dan
Medan Polonia. Banjir disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur sejak Kamis
(3/12). Kondisi tersebut diperparah oleh meluapnya air dari sejumlah sungai
yang berada di Kota Medan.
Sumber : Detik.com