
Kabarbawah.com - Media menjadi instrumen penting dalam pencarian
informasi di segala hal, tak terkecuali pemberitaan di dunia esports. Olahraga
kompetitif digital satu ini sudah jadi hal besar dan diikuti banyak sekali
penggemar, sehingga wajar informasi terkait hal ini selalu diburu.
Di Indonesia sendiri sudah banyak media-media esports, seperti artikel
yang kalian baca dari Kabarbawah.com ini.
Selain berbentuk website, media esports juga memiliki pemberitaan di platform
lain seperti media sosial Facebook dan Instagram.
Namun, banyak juga akun-akun sosial media yang memberitakan update
dunia esports meski mereka bukan sepenuhnya "media esports". Selaku
media esports resmi yang sudah dipercaya meliput berbagai event resmi berskala
komunitas, daerah, nasional sampai mancanegara, ada beberapa standar yang harus
dipatuhi sebelum memberikan berita. Misalnya melakukan riset, memahami kode etik
jurnalistik, mencantumkan sumber berupa kutipan atau informasi asli dari source
pertama atau hasil interview pihak terkait.
Berbeda dengan akun-akun berita yang berseliwer di medsos, mereka cuma
mengutip tanpa memikirkan dampak di komunitas itu buruk atau baik. Terpenting,
mereka hanya berfokus pada eksposure hasil celetukan bernada kontroversi atau
sensasi.
Hal ini yang jadi perhatian bagi banyak figur esports, salah
satunya Delwyn Sukamto CEO Alter Ego. Ia mengutarakan uneg-unegnya
karena banyak media yang dianggap telah menyalahgunakan statementnya. Dari
sekian panjang obrolan yang ia utarakan dalam beberapa kesempatan live stream,
akun-akun media sosial hanya mengambil kalimat berpotensi konflik.
Misalnya, ada satu kalimatnya yang
membahas persaingan Alter Ego dan RRQ Hoshi di M2 mendatang. "Kayanya RRQ latihan keras nih, buat balas
dendam ke Alter Ego. Ngeri-ngeri.." tulis salah satu akun media
sosial @black.***** di postingannya.

Ko Delwyn tampak geram dengan berita tersebut dan menuliskan curhatan
di instastory yang sudah ditangkap layar oleh penulis. "Indonesia esports media these days yang
penting likes dan comments stonkkk pasang muka gw dan miss quote or saying
things out of context," kutipan paragraf pertama di
instastorynya.
Wajar bila sang CEO merasa tak terima, karena kalimat yang tersebar
sebagai contoh di akun medsos tersebut sarat potensi konflik, khususnya antar
fans Alter Ego dan RRQ Hoshi. Apalagi mereka sedang dalam rivalitas tinggi
sejak MPL Season 6, MPLI dan nanti di M2 sebagai perwakilan Indonesia di
kejuaraan dunia Mobile Legends.
Namun, akun medsos tersebut juga tak punya batasan untuk memberitakan
yang mereka mau karena mereka adalah akun mandiri yang tak menganut kode etik
jurnalis. Clickbait, penggiringan opini harus diakui jadi salah satu teknik
media untuk menarik minat pembaca. Namun, yang berlebihan tentu tak diindahkan.
Tapi toh mereka tak peduli hal tersebut dan menganggap semua berita layak
diumbar, lalu biar netizen sendiri yang berpendapat. Pun, bila mereka
mencantumkan sumber, seakan seperti lepas tangan kalau itu bukanlah buah karya
mereka melainkan cuma "ngambil" dari tempat lain. Sangat minim proses
jurnalistik.

Itulah sebabnya, pemberitaan yang baik bukan hanya mengandalkan cepat
dan membabi-buta, namun proses verifikasi data kadang diabaikan oleh akun
esports di media sosial. Jadi, beda sekali akun media sosial yang memberitakan
tentang esports dengan media esports resmi.
Sobat Esports pun harus kritis dan pintar menelaah informasi, mengecek
ulang validasi berita dari sumber pertama dan tak langsung emosi atau baper
bila melihat judul atau caption berita sepenggal. Selalu baca utuh sebuah
berita dan cari referensi tambahan agar kalian mengerti konteks suatu informasi
dengan baik.
Jangan lupa, untuk selalu berikan kritik dan saran pada Esports.ID dan
media esports resmi lainnya agar bisa jadi pilar pemberitaan esports yang
informatif untuk kalian semua yah!