
Keterangan Gambar : Ilustrasi Protes (Dok. Istimewa)
Kabarbawah.com - Beberapa minggu lalu telah terjadi gelombang
protes besar di seluruh Indonesia terhadap apa yang disebut omnibus law.
Undang-undang besar yang mengubah 79 undang-undang yang ada dan disebut-sebut
oleh pemerintah sebagai pelonggaran investasi dan memfasilitasi penciptaan
lapangan kerja.
Tetapi yang menurut para kritikus mencabut hak
dari pekerja dan memudahkan perusahaan untuk melanggar standar lingkungan.
Pengesahan undang-undang tersebut memicu Protes
Indonesia mengakibatkan bentrokan dengan kekerasan. Menurut Lembaga Bantuan
Hukum, polisi menggunakan kekerasan terhadap demonstran di setidaknya 18
provinsi.
Polisi melaporkan bahwa mereka telah menangkap
lebih dari 1.000 orang di Jakarta dan wilayah sekitarnya saja. Di samping
kelompok buruh dan berbagai koalisi aktivis lainnya, kekuatan utama dalam
protes adalah pelajar. Gelombang protes ini muncul sekitar satu tahun setelah
keresahan yang serupa terjadi ketika mahasiswa dan lainnya memprotes upaya
untuk mengubah atau memperkenalkan berbagai undang-undang.
Sebagian besar perubahannya kemudian
dimasukkan ke dalam omnibus law dan menentang pemberantasan Komisi
Pemberantasan Korupsi Indonesia. Dua rangkaian protes ini adalah tanda-tanda
penting perlawanan terhadap penurunan gerak lambat demokrasi Indonesia yang
telah dipercepat selama masa kepresidenan.
Keunggulan siswa dalam kedua gelombang protes
itu patut diperhatikan, dan patut mendapat perhatian dengan sendirinya.
Kembalinya protes mahasiswa dalam skala seperti itu menandai kembalinya
dramatis tradisi politik penting Indonesia. Selama hampir dua dekade terakhir,
mahasiswa bukanlah kekuatan politik yang sangat penting, setidaknya tidak dalam
hak mereka sendiri.
Yang pasti, mahasiswa dari waktu ke waktu
melakukan mobilisasi dalam jumlah besar seperti saat unjuk rasa menentang
pencabutan subsidi BBM di bawah kepemimpinan mantan presiden. Tapi protes ini
tidak banyak mempengaruhi agenda politik nasional. Siswa sampai saat ini
sebagian besar gagal untuk bertindak secara kohesif sebagai siswa.
Apakah Protes Indonesia Menunjukkan Pola Lama?
Sebaliknya, mahasiswa cenderung mengejar
kepentingan dan afiliasi yang beragam, bergabung atau mendukung berbagai partai
politik, gerakan sosial, dan kelompok aktivis yang mengisi lanskap politik
demokrasi Indonesia. Ide tentang gerakan siswa yang kohesif dan khas tampaknya
perlahan-lahan memudar.
Mengapa siswa?
Alasan nyata lain kembalinya mobilisasi
mahasiswa adalah kisah aktivisme mahasiswa Indonesia memberikan narasi yang
menarik dan sumber inspirasi bagi generasi sekarang. Berbeda dengan kebanyakan
negara, mahasiswa di Indonesia disosialisasikan ke dalam dunia politik di mana
mereka tahu bahwa nenek moyang mereka telah berulang kali berperan penting
dalam membentuk jalannya acara nasional.
Lebih khusus lagi, pelajar saat ini dibesarkan
di Indonesia di mana demokrasi itu sendiri merupakan warisan nyata dari protes
Reformasi yang dipelopori oleh pelajar. Salah satu slogan yang menggembirakan
dari protes tahun lalu dan sekarang adalah Reformasi dikorupsi. Reformasi yang
korup menunjukkan bahwa pencapaian bersejarah reformasi Indonesia dan pelajar
Indonesia sekarang sedang diperdagangkan oleh elit pemerintahan yang egois dan
korup.
Dilihat dari perspektif yang lebih luas,
protes mahasiswa sering kali merupakan ciri dari kebijakan di mana persaingan
politik sipil dilembagakan dengan buruk. Di mana berbagai partai politik dan
gerakan sosial bersaing di ruang publik, mahasiswa cenderung berpisah dan
berafiliasi dengan kelompok mana pun yang mengekspresikan minat masing-masing.
Akibatnya, gerakan mahasiswa yang kohesif
cenderung memudar ketika demokrasi terkonsolidasi dan politik sipil menjadi
mengakar. Kembalinya protes mahasiswa dengan sendirinya dapat dilihat sebagai
satu lagi tanda bahwa demokrasi Indonesia semakin kacau. Itu saja mengenai Protes Indonesia menunjukkan pola lama.