
Keterangan Gambar : Ilustrasi Sabu-sabu. FOTO/iStockphoto
Penggunaan
sabu-sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak yang
menyebabkan gangguan emosi dan memori.
Kabarbawah.com - Metafetamin atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu,
merupakan salah satu dari banyak obat-obatan terlarang. Efek kuat yang
dihasilkan oleh zat ini membuat banyak orang menyalahgunakannya.
Salah satu kasus yang cukup menggemparkan di pertengahan tahun ini
adalah ditangkapnya komedian Nunung atas kepemilikan sabu-sabu seberat 0,36
gram. Dari kejadian ini, Nunung terancam hukuman lima tahun penjara atas kasus
penyalahgunaan narkotika.
Tidak hanya Nunung, ada beberapa publik gur lain yang juga tertangkap
atas kasus kepemilikan sabusabu, seperti Fachri Albar, Zul ‘Zivillia’, Roro
Fitria, dan Steve Emmanuel.
Metafetamin dikenal sebagai obat stimulan yang memiliki efek adiktif
yang tinggi. Menurut Drug Abuse, zat ini
sebetulnya dilegalkan oleh lembaga pengawas obat-obatan Amerika, FDA.
Metafetamin diigunakan untuk membuat obat terapeutik yang biasa diresepkan
untuk penderita ADHD, narkolepsi, dan obesitas.
Metafetamin akhirnya menjadi obat-obatan terlarang setelah banyaknya
kasus penyalahgunaan melampaui dosis yang seharusnya. Zat ini hanya bisa
digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan dokter.
Catatan sejarah menyebutkan saat Perang Dunia II, ada banyak tentara
yang menggunakan metafetamin untuk mendapatkan efek stimulannya. Zat ini
digunakan para tentara untuk tetap terjaga dan fokus pada perang yang
berlangsung dalam jangka waktu panjang. Pilot Kamikaze, Jepang bahkan diberikan
metafetamin untuk setiap misinya.
Saat ini sabu-sabu yang beredar, secara ilegal tentunya, berbentuk
serbuk, pil, atau kristal. Sabu biasa dikonsumsi dengan dihirup, dihisap, atau
disuntik. Dilansir laman resmi Yayasan untuk DuniaBebas Narkoba, narkoba jenis ini dapat menyebabkan kecanduan sejak
pertama kali digunakan. Bahkan, pengguna sabu-sabu adalah salah satu pengguna
paling sulit direhabilitasi.
Efek Samping
Penggunaan Sabu-Sabu Sabu-sabu
mengandung berbagai zat yang buruk bagi tubuh. Dilansir dari Medical News Today, sabu-sabu yang dibuat secara
ilegal biasanya mengandung kafein tinggi, talk, dan racun lainnya. Studi
mengatakan, penggunaan sabu-sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan
fungsional pada otak yang menyebabkan gangguan emosi dan memori.
Sabu-sabu
memberikan efek menyenangkan pada penggunanya. Ini bisa terjadi karena saat
mengonsumsi sabu-sabu, tubuh akan melepaskan neurotransmiter dopamin dalam
jumlah yang besar. Dopamin merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan
motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik.
Zat ini akan
bekerja pada bagian otak yang menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk
mengonsumsi lebih banyak sabu-sabu. Dalam banyak kasus 'pesta sabu', para
penggunanya akan berpesta dengan hanya mengonsumsi sabu-sabu selama beberapa
hari tanpa makan makanan apa pun.
Efek dari
menggunakan sabu-sabu adalah meningkatnya perhatian, meningkatnya aktivitas,
cara bicara yang cepat, penurunan nafsu makan, berkurangnya rasa lelah,
kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia.
Secara fisik,
orang yang menggunakan sabu-sabu akan bernapas lebih cepat, jantung berdetak
lebih cepat dan tidak teratur, suhu tubuh meningkat, dan tekanan darah tinggi.
Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu biasanya akan mengalami gejala psikis
seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada penglihatan maupun pendengaran,
gangguan mood, dan delusi.
Penyakit yang Mungkin Muncul Akibat
Konsumsi Sabu-Sabu
Sabu-sabu
tidak dilegalkan bukan tanpa alasan. Penggunaannya memunculkan berbagai risiko.
Seseorang yang mengonsumsi sabu-sabu bisa terserang penyakit tertentu yang bisa
menyebabkan kondisi kronis bahkan kematian.
Menurut Medical News Today, penggunaan sabu-sabu meningkatkan
risiko penyakit jantung seperti nyeri dada, detak jantung abnormal, serta
tekanan darah tinggi. Hal ini akan mengarah pada diseksi aorta akut, serangan
jantung, atau kematian jantung mendadak bahkan saat pertama kali seseorang
menggunakannya.
Kandungan zat
berbahaya yang ada di dalam sabu-sabu juga dapat menyebabkan seseorang
mengalami kerusakan gigi dan gusi. Kerusakan ini sering disebut sebagai “meth
mouth” atau pembusukan gigi yang mengharuskan penderitanya mencabut giginya.
Sabu-sabu
juga bisa menyebabkan efek neurologis yang tidak hilang meskipun seseorang
berhenti menggunakannya. Peneliti mengatakan efek jangka panjang dari
penggunaanya adalah dapat menyebabkan penyakit parkinson, yakni kondisi
gangguan saraf yang memengaruhi saraf gerak.
Selain itu
penggunaan sabu-sabu dengan suntikan juga dapat meningkatkan risiko terserang
penyakit menular tertentu seperti HIV dan hepatitis.