
Kabarbawah.com - Didukung
oleh jaksa agung dari 48 negara bagian dan distrik Amerika Serikat, Komisi
Perdagangan Federal AS (FTC) pada Rabu menyatakan bahwa perusahaan media sosial
Facebook telah menyalahgunakan pilihan konsumen dan privasi data pengguna
dengan praktik bisnisnya yang tidak adil. Hal yang menjadi konflik adalah
pertanyaan seputar motivasi raksasa teknologi itu membeli platform berbagi foto
Instagram pada 2012 dan aplikasi pesan instan WhatsApp pada 2014.
FTC berargumen bahwa Facebook mengakuisisi dua aplikasi tersebut dalam
upaya mempertahankan dominasi pasarnya. Oleh karena itu, Instagram dan WhatsApp
harus dipecah dari Facebook.
Kehilangan Instagram dan WhatsApp akan menimbulkan pertanyaan serius
tentang kelangsungan hidup Facebook dalam jangka panjang. Kedua aplikasi
populer itu dimaksudkan untuk memainkan peran penting di masa depan Facebook,
yang penggunaannya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Menantang Facebook di depan pengadilan federal akan menjadi upaya yang
serius, terutama mengingat regulator meninjau kesepakatan pada saat akuisisi
dan mengizinkan Facebook untuk melakukannya. Namun langkah tersebut bukannya
tanpa preseden, dan para ahli percaya bahwa tuntutan hukum tersebut masih
relevan.
Facebook bukan
pertama yang dipaksa menjual afiliasi
Facebook mungkin saja bisa dibongkar, seperti perusahaan telekomunikasi
AS AT&T pada awal 1980-an, kata Jaksa Agung Carolina Utara Josh Stein,
salah satu jaksa agung yang terlibat dalam penyelidikan, dalam sebuah
pernyataan.
Didirikan pada akhir abad ke-19, AT&T (American Telephone &
Telegraph Company) berkembang selama abad ke-20 menjadi jaringan anak
perusahaan komunikasi yang tersebar di seluruh Amerika Utara. Monopoli
telekomunikasi yang dikenal sebagai "Bell System" muncul, dinamai
menurut nama pendiri perusahaan dan orang yang dianggap sebagai penemu telepon,
Alexander Graham Bell.
Regulator antitrust berulang kali mengejar perusahaan karena
menyalahgunakan status monopolinya. Akhirnya, pada tahun 1982, menghadapi
kemungkinan kalah di pengadilan, AT&T setuju untuk memecah diri menjadi
tujuh perusahaan kecil, yang beberapa di antaranya masih beroperasi sampai
sekarang.
Microsoft hampir memiliki nasib serupa pada 1990-an, ketika pengadilan
memerintahkan perusahaan teknologi itu untuk memecah unit perangkat lunak dan
unit sistem operasinya menjadi dua entitas. Microsoft menghindarinya dengan
penyelesaian finansial, tetapi tidak pernah benar-benar pulih dari kerugian
yang timbul karena masalah tersebut.
Big Tech tak lagi
dicintai?
Pertanyaannya sekarang adalah apakah regulator dapat mengendalikan
perusahaan raksasa digital yang mereka izinkan untuk berkembang tanpa
terkendali selama dua dekade terakhir. Pada awalnya, Facebook, Google, dan
perusahaan Silicon Valley lainnya menghadapi sedikit tekanan regulasi.
Sebaliknya, banyak pihak yang berkuasa memuji mereka sebagai inovator, dengan
mengatakan bahwa mereka akan membawa AS ke dominasi teknologi global dan
menciptakan ribuan pekerjaan.
"Akuisisi Instagram dan WhatsApp yang kami lakukan telah secara
dramatis meningkatkan layanan mereka dan membantu mereka menjangkau lebih
banyak orang. Kami bersaing keras dan kami bersaing secara adil. Saya bangga
dengan itu," kata pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg kepada
karyawannya menanggapi tuntutan tersebut.
"Pemerintah sekarang menginginkan perombakan, mengirimkan
peringatan mengerikan kepada bisnis Amerika bahwa tidak ada penjualan yang
final,'' kata Penasihat Umum Facebook Jennifer Newstead dalam sebuah
pernyataan.
Atmosfir untuk Big Tech menjadi semakin dingin. Enam tahun dan
setidaknya dengan banyaknya skandal sejak membeli WhatsApp, opini publik dan
politik mulai memburuk terhadap perusahaan raksasa Silicon Valley. Minggu ini
saja, badan regulator di seluruh dunia telah mengeluarkan undang-undang dan
denda yang dimaksudkan untuk memberikan pukulan kepada perusahaan seperti
Facebook, Apple, Google, dan Amazon. Pada bulan Oktober, Departemen Kehakiman
AS mengajukan gugatan antimonopoli terbesarnya dalam beberapa dekade, menuduh
Google menyalahgunakan posisinya dalam penelusuran dan periklanan online.
(na/hp)
Jalan panjang
tuntutan hukum
Tuntutan untuk Facebook berbeda dari yang ditujukan untuk Google.
Facebook diminta secara eksplisit untuk menjual WhatsApp dan Instagram.
Sementara langkah drastis seperti itu tidak mungkin terjadi dalam jangka
pendek, orang-orang yang mengetahui masalah tersebut berpikir bahwa tuntutan
hukum tersebut dapat menjadi dasar untuk membongkar Facebook.
"Ada kemungkinan besar hakim akan menemukan pelanggaran undang-undang
antitrust," kata John Newman, profesor hukum antitrust di Universitas
Miami, kepada Bloomberg News. Perpisahan (antara Facebook, Instagram dan
WhatsApp) akan menjadi langkah "default" selanjutnya, tambahnya.
"Sulit untuk memenangkan gugatan antimonopoli dan yang ini tidak
jauh berbeda," tambah Rebecca Allensworth, profesor hukum di Vanderbilt
University. Tapi dalam kasus antitrust, pemerintah punya tuntutan yang kuat,
katanya.
Iklim politik tidak akan bersahabat dalam waktu dekat. Raksasa
teknologi sudah menghadapi banyak tekanan di bawah pemerintahan Trump, dan
presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan memisahkan perusahaan seperti
Facebook harus dipertimbangkan. Fakta bahwa topik tersebut telah menjadi
masalah bipartisan di AS adalah salah satu kekhawatiran terbesar di Silicon
Valley.
"Tuntutan hukum ini menandai titik balik penting dalam pertempuran
untuk mengekang monopoli Big Tech dan untuk menghidupkan kembali penegakan
hukum antimonopoli, '' kata Alex Harman, advokat kebijakan persaingan untuk Public
Citizen, sebuah kelompok advokasi konsumen nirlaba, kepada kantor berita AP.
Tuntutan hukum baru terhadap Facebook menyoroti kejelasan tujuan dan
momentum yang dapat menggoyahkan keseimbangan kekuatan di dunia digital. Minggu
depan, Komisi Eropa berencana untuk mengungkap undang-undang baru terkait
layanan digital dan ekonomi digital di Uni Eropa. Tentu di sana juga akan ada
konsekuensi besar bagi perusahaan seperti Facebook.